Qurban Dengan Ayam
– عبد الرزاق عن الثوري عن عمران بن مسلم عن سويد بن غفلة قال سمعت بلالا يقول ما أبالي لو ضحيت بديك ولأن أتصدق بثمنها على يتيم أو مغبر أحب إلي من أن أضحي بها
Dari Suwaid bin Ghaflah, aku mendengar Bilal mengatakan,
“Aku tidak peduli andai aku berkurban dengan ayam jantan. Andai uang
untuk beli ayam jantan tersebut kusedekahkan kepada anak yatim atau
orang miskin itu lebih aku sukai dari pada kugunakan untuk beli ayam
jago lalu berqurban dengannya” [Riwayat Abdurrazzaq dalam al Mushannaf
no 8156, Syaikh Abul Hasan al Ma'ribi mengatakan 'sanadnya shahih'].
Yang tepat makna perkataan Bilal adalah beliau tidak
berqurban mengingat qurban itu hukumnya sunnah bukan kewajiban. Ini
beliau lakukan ketika banyak orang saling berbangga bangga dalam
banyaknya hewan yang dia sembelih dalam rangka qurban [Fatawa Syar'iyyah
hal 280].
مَا
رُوِيَ عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّهَا قَالَتْ : ضَحَّيْنَا مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْخَيْلِ وَمَا رُوِيَ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ ضَحَّى بِدِيكٍ .
Diriwayatkan dari Asma, beliau mengatakan, “Kami berkurban
dengan kuda bersama Rasulullah”. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa
beliau berqurban dengan menyembelih ayam jantan [Subulus Salam 7/340,
terbitan Dar Ibnul Jauzi].
Mengenai riwayat dari Asma dan Abu Hurairah, Syaikh Abul Hasan al Ma’ribi mengatakan, “Aku belum menjumpai sanadnya”. Walhasil, qurban itu hanya sah manakala dengan bahimah al
an’am [onta, sapi dan kambing] sebagaimana dalam QS al Hajj 28 dan 34].
Beralasan dengan riwayat dari Asma dan Abu Hurairah untuk
membolehkan berqurban dengan selain bahimah al an’am adalah tidak tepat
karena belum didukung oleh data akurat mengenai kitab apa yang memuat
sanad riwayat dari dua shahabat tersebut.
Riwayat dari Bilal dalam hal ini juga kurang tepat karena
jika kita baca perkataan beliau secara utuh nampak bahwa beliau tidaklah
memotivasi kita untuk berkorban dengan ayam.
Sumber :